Author : Suwanto
Editor : Zemy Nur Putri
Menjadi Guru adalah Jalan Pengabdianku
Sore itu selepas Sholat Ashar, suasana rumah belajar ngaji di Jalan Patehan Lor 24 RT 17/RW 04 Kraton Yogyakarta lumayan riuh ramai. Setidaknya ada sepuluh santri anak kecil menunggu lengkap berbaju muslim dan memakai masker. Semenjak wabah virus Covid-19 mendera santri di TPQ Margoyuwono Kraton memang dibatasi. Jika dulu, ngajinya bertempat di Masjid Margoyuwono, maka semenjak Agustus 2020 pindah ke Patehan Lor dengan ketentuan Protokol Kesehatan Covid-19 yang ketat. Jumlah santrinya pun jika dulu mencapai 100, sekarang dibatasi hanya dua puluh, dibagi dua sesi hari Selasa dan Rabu (10 santri) serta Kamis dan Jum’at (10 santri). Sedang sebagian besar yang lainnya ngajinya via online.
Tepat pukul 16.00
WIB, TPQ masuk. Kegiatan mengaji pun dimulai. Ya, mengaji Iqra dan Al-Qur’an
memang menjadi menu rutin anak-anak TPQ Margoyuwono selepas Ashar hingga
menjelang Maghrib. Tak lama kemudian di salah satu sudut kelas, sang ustadz pun
datang. Ia bernama Suwanto. Dia langsung duduk bersila, menghadap anak-anak sembari
melemparkan senyum manis dan mengucapkan salam “Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh”. Secara kompak santri
mejawab salam. Kemudian bersama-sama berdoa sebelum belajar.
Setelah berdoa,
secara bergiliran anak-anak mengaji. Dan biasanya seusai itu anak-anak diberi
materi pelajaran seperti hafalan, aqidah akhlak, fiqih, dll. Itulah aktivitas
di TPQ Margoyuwono di masa pandemi. Dan Suwanto adalah direktur di TPQ
itu. Sudah sudah mengabdikan dirinya lebih dari tiga tahun di TPQ itu. TPQ yang
lokasinya tak jauh dari Alun-Alun Kidul Kraton Yogyakarta.
Bagi Suwanto mengajar
mengaji ialah kegiatan yang sangat menyenangkan. Kita bisa belajar banyak hal
khususnya bagaimana cara mendidik anak yang baik dan benar. Makanya, ia
mempunyai motto, “mengajar dengan cinta,
learning with love”. Ia selalu berusaha menjadikan TPQ (Taman Pendidikan
Al-Qur’an) sebagai tempat belajar yang menyenangkan sesuai dengan namanya yakni
‘Taman’.
Mengajar ngaji
juga merupakan sarana syiar dakwah Islam dan membangun akhlak anak. Dan TPQ
salah satu alternatif ikhtiar dalam membangun karakter anak, mengingat di
usia-usia TPQ (4-12 tahun) merupakan “The
Golden of Age”, yang strategis dalam menanamkan karakter anak. Artinya,
dengan mengajar ngaji, kita turut menyiapkan generasi yang tak hanya pintar, tetapi
juga berkarakter.
Jadwal Suwanto
mengajar TPQ lumayan padat, meski gak sepadat sebelum pandemi. Selain mengajar
di TPQ Margoyuwono, Kraton. Ia juga mengajar di TPA tempat tinggalnya yakni di
Masjid Lempuyangan, Danurejan, Yogyakarta. Jadwal di TPQ Margoyuwono sore hari,
dari Selasa-Jum’at. Berbeda dengan di TPA Masjid Lempuyangan yang mulai belajarnya
selepas Maghrib hingga Isya dan masuk setiap hari, kesuali malam Ahad, karena
mengajar di Pondok SMART Dompet Dhuafa Jogja.
Berkat kegigihannya,
aktif mengajar TPQ, Suwanto sering diundang oleh pengurus masjid, lembaga,
instansi, atau organisasi untuk mengisi pelatihan Manajemen Pembelajaran TKA/TPA.
Di antaranya ialah mengisi acara Pelatihan Manajemen Pembelajaran TPA di Masjid
Al-Jannah, Ngabean Wetan, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman pada 16 September 2019.
Tak jauh sebelumnya juga diundang menjadi pembicara dalam rangkaian acara Bakti
Sosial di Dusun Gedong, Girimulyo, Kulonprogo pada 13 Agustus 2019. Dan menjadi
pemateri di Dusun Petoyan, Giritirto, Purwosari, Gunungkidul dalam kegiatan bertajuk
Pelatihan Manajemen dan Pembinaan Ustadz/ah TPA pada 28 Juli 2019.
Guru,
Suluh Peradaban
Ternyata selain
mengajar TPA, Suwanto juga mengajar les privat. Muridnya pun beragam mulai dari
TK, SD, hingga SMA. Suwanto biasanya mengajar mapel Matematika dan IPA, meski kadangkala
ada beberapa murid lesnya yang minta semua mata pelajaran. Dalam mengajar les Suwanto
tidak bernah mematok tarif. Ia juga tak pernah tebang pilih dan pandang bulu
memperlakukan muridnya. Baik anak orang kaya maupun anak tak punya, semuanya
diperlakukan sama.
Dalam mengajar, Suwanto
selalu mendahulukan pendekatan hati sebelum otak, mendidik dengan hati. Pembelajaran yang baik baginya itu tidak
menekan, tapi memberi kenyamanan bagi anak. Belajar bukanlah tuntutan, akan tetapi
kesadaran dan kebutuhan. Apalagi, yang dihadapi adalah manusia, bukan robot.
Manusia adalah makhluk spesial dan dinamis. Makanya Suwanto mempunyai falsafah “Tugas pendidik saat ini ialah bukan
menebang hutan yang lebat, tapi mengairi padang pasir yang gersang”. Tidak
ada manusia yang bodoh, tapi yang ada belum bisa. Falsafah inilah yang membuat Suwanto
tidak pilah-pilih muridnya. Bahkan ia pernah mengajar mantan preman yang
dipondokkan di Kulonprogo karena si anak sangat nakal dan akhirnya dipindahkan
dari sekolah sebelumnya yang ada di kota.
Perjuangan Suwanto
mengajar memang terbilang keras penuh tantangan. Suwanto pernah mengajar dari
ujung Timur wilayah DIY, Prambanan sampai ujung Barat, Kulonprogo dalam satu
waktu. Dan jangan dikira, Ia memakai kendaraan mobil ataupun motor. Ia hanya
menggunakan sepeda ontel untuk akses
ke sana. Meski jauh Suwanto tetap semangat, sebab yang diajar adalah anak-anak
Yatim.
Pahit getir dan peras
keringat perjuangan Suwanto dalam mengayuh sepeda tak membuat semangatnya
surut. Segala keterbatasan tak membuatnya menghentikan untuk mengayuh
sepedanya. Sebagai seorang guru, ia terlatih untuk terus berjuang menjadi suluh
peradaban. Mungkin berkat doa anak-anak Yatim yang ia ajar, Suwanto kerap
mendapat rejeki dari arah yang tak disangka-sangka. Suwanto pernah dipercaya
menjadi Project Counselor (pembimbing) SMA Semesta Semarang dan Kontingen Jawa
Tengah pada Indonesia Science Project Olympiad (ISPO) dan mendapatkan medali
emas di ajang kompetisi bergengsi itu.
Suwanto memang
sejak dulu dikenal pandai dalam pelajaran eksak. Tak heran jika ia selalu
menjadi bintang kelas. Sewaktu duduk di bangku sekolah, ia kerap kali mewakili
sekolahnya dalam ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) Cabang Matematika. Meski
pandai tak lantas membuat Suwanto sombong. Baginya capaian itu semua berkat Ridho
Allah dan doa orang tua. Ungkapnya, “jika kecerdasan membuatku lupa pada
keluarga. Maka, aku lebih memilih untuk menjadi bodoh”.
Semenjak Maret
2020 Suwanto juga diamanahi untuk mengajar di Pondok SMART Dompet Dhuafa Jogja
dalam bidang Literasi Santri. Beberapa santrinya pun pernah artikelnya dimuat
di media massa seperti Radar Jogja. Meski mereka masih terbilang anak seusia
SMP/MTs, namun kemampuan dalam hal menulisnya sudah terasah. Apalagi, di pondok
SMART tersebut diajari banyak materi tentang Jurnalistik, mulai dari tingkat
dasar hingga lanjutan. Selain itu juga, pemahaman tentang Jurnalistik Profetik
(Jurnalistik Kenabian), meliputi sikap seorang jurnalis fathanah (cerdas),
sidiq (jujur), Amanah (dapat dipercaya), dan tabligh (menyampaikan).
Sikap-sikap inilah juga yang bisa memutus mata rantai hoax atau berita
bohong baik di internet maupun di media sosial.
Suwanto juga
diamanahi mengajar Mapel Riset di MTs Negeri 6 Bantul, DIY setiap hari Sabtu
pagi semenjak TA 2021/2022 di Semester ganjil ini. Adapun di madrasah yang sama
juga diberi tugas untuk membimbing Kompetisi Sains Madrasah (KSM) dan Kompetisi
Sains Nasional (KSN) bidang Matematika dan IPA. Seabrek kegiatan mengajar
Suwanto tersebut tak lantas membuatnya merasa Lelah, karena baginya rasa lelah
dan cape adalah ilusi. Selagi kita melakukan kegiatan mengajar dengan gembira,
peluh dan capek akan sirna. Apalagi, bagi Suwanto menjadi guru adalah jalan
pengabdian yang harus dilakukan dengan tulus ikhlas penuh cinta dan tidak
setengah-setengah.
Sumber dan referensi :
Dokumen Pribadi milik Suwanto
Postingan Terkait
Penandatanganan MoU Kerja Sama Provinsi Sumatera Utara dengan Guru Binar
Yuk Kenalan dengan Guru Binar!
Designing learning
Manfaat Melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh saat Pandemi Covid-19
Kenali lebih dalam tentang Blended Learning!
Penandatanganan MoU Kerja Sama Provinsi Jawa Timur dengan Guru Binar
Tradisi Pendidikan Pralahir dalam Keluarga Melayu Sambas
Akar Bahasa Indonesia adalah Bahasa Melayu Sambas
MALAIKAT TANPA SAYAP
Lebih dekat dengan Guru Pembelajar, Guru Binar meluncurkan Mobile Apps
Seluruh materi yang terkandung dalam website ini dilindungi oleh Hak Cipta, dan tidak dapat diproduksi ulang, dipublikasi kembali, didistribusikan kembali, dikirimkan, ditampilkan, disebarluaskan atau dipergunakan dengan cara apapun tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pihak Guru Binar.
Nama dan logo dari Guru binar serta hal-hal lain terkait merek, nama usaha dan hak kekayaan intelektual lainnya merupakan milik Guru binar dan tidak dapat digunakan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Guru Binar. Sebagai catatan, beberapa konten yang tertera dalam website ini mungkin tunduk pada ketentuan hak cipta pihak ketiga lainnya.
Seluruh data dan informasi yang diberikan oleh pengguna/peserta hanya akan digunakan untuk kepentingan pelaksanaan program Guru Binar atau terkait dengan kegiatan yang diselenggarakan oleh Guru Binar, dan tidak akan disebarluaskan, dialihkan, diberikan kepada pihak lain, baik secara langsung ataupun tidak langsung kepada pihak manapun tanpa persetujuan terlebih dahulu dari pemilik data dan informasi, kecuali jika dibutuhkan untuk urusan proses hukum yang berlaku di wilayah Negara Republik Indonesia. Guru Binar akan melakukan upaya optimal untuk memastikan keamanan dan kerahasiaan data yang diberikan.