Author : Nadiyah, S.H
Editor : Nadiyah, S.H
MALAIKAT TANPA SAYAP
Deg!
Tenggorokanku sedikit tercekat, ketika mengetahui Sakinah (bukan nama
sebenarnya) sejak dari jam istirahat menungguku di depan pintu masuk kantor
guru. Persis di depan pintu sejak beberapa menit yang lalu berjongkok dengan
sesekali berdiri, mondar mandir menungguku. Mungkin hatinya gelisah dan sedikit
tegang. Sedangkan aku bersiap-siap untuk menghadiri rapat setelah jam istirahat
usai sekitar jam 10.15 pagi.
“Bu
Nadiyah, sekarang kan giliran kelompok saya presentasi”, Sakinah sedikit
merajuk mendekatiku. Awalnya wajahnya begitu sumigrah ketika melihatku keluar dari kantor guru. Dia berpikir aku
akan masuk kelasnya. “Maaf ya bu nad ada rapat”. Dengan suara agak aku tekan
sedikit.
“Yaa ibuuu
... “. Giliran saya kapan lagi bu?” Ada
segumpal kecewa di hatinya dari nada suaranya yang keluar dari mulut mungilnya.
Aku tak dapat berbuat apa-apa selain melanjutkan langkahku menuju ruang
meeting, meski pikiranku tak dapat lepas sepenuhnya untuk tidak memikirkannya.
Mungkin Sakinah
dan kelompoknya sudah mempersiapkan bahan-bahan presentasi sejak minggu lalu,
mengadakan rapat untuk pembagian tugas, menghafal bagian-bagian yang nantinya harus
disampaikan dalam presentasi. Mungkin juga sampai mengorbankan tidur malamnya,
waktu bermainnya, atau segudang kegiatan persiapan lainnya. Dan ketika hal itu telah
siap untuk dipresentasikan, aku meng-cut
begitu saja tanpa ada pemberitahuan sebelumnya,
Yah hari itu
aku telah mengecewakannya dengan amat sangat, meski aku tahu tak sepenuhnya itu
kesalahanku. Tetapi hal ini menjadi titik balik buatku dalam mengajar, untuk
memikirkan lebih mendalam apabila suatu hari harus meninggalkan kelas. Aku
harus memastikan apa yang aku lakukan harus dipertimbangkan baik dan buruknya
terutama untuk murid-muridku. Aku harus memastikan kegiatan di luar mengajar
harus dibatasi seminimal mungkin. Inilah yang kemudian menggugah kesadaranku
tentang arti malaikat sesungguhnya. Mereka menggugah kesadaranku untuk selalu
melakukan yang terbaik, berhati-hati dala bertindak, cermat dan penuh
pengorbanan. Tentang arti malaikat, hal ini pernah aku diskusikan dengan rekan
kerjaku.
Seperti
biasa setelah mengajar di jam ke empat, kami guru rehat beberapa menit, untuk
sekedar minum dan makan makanan kecil atau melanjutkan sarapan yang tertunda.
Karena bel di jam pertama sudah dimulai.
"Murid-murid
kita itu seperti malaikat. Karena merekalah kita guru menjadi pintar". Aku
memulai diskusi kecil, sambil tak lepas menikmati hidangan seadanya, yang tak
sempat disantap di awal pagi.
"Malaikat?
Malaikat dari mana? Mereka itu tidak bisa disebut malaikat, sudah akil baligh, genit, dan tidak punya rasa
malu. Sudah kenal dosa". Rekan kerjaku sedikit nge-gas menimpali, kemudian melanjutkan : "Bu Nad, yang
dimaksud seperti malaikat itu seperti anakku nih, umur empat tahun masih polos.
Belum kenal dosa. Murid-murid kita kan umumnya usianya antara 13 – 15 tahun”.
Apakah
malaikat itu seperti yang dikatakan oleh rekan kerjaku itu? Aku hanya diam,
tidak mengiyakan. Yang ada dibenakku, siapa pun yang mampu memberikan dorongan
ke arah yang lebih baik dapat disebut malaikat, termasuk murid-muridku. Mereka
mampu menggugah kesadaranku, untuk selalu melakukan yang terbaik.
Malaikat Kecilku
Mentari menyapa
Disela pagi yang teramat ripuh
Menebarkan aroma harumnya warna bumi
Meletupkan gairah
Mengingatkanku
Akan asaku yang kembali teruji
Menapak hari meraih mimpi
Diantara sekumpulan malaikat kecil
Di depan pintu gerbang sekolah
Tersenyum
Tulus menyambut
Wajah sumingrah
Dan mereka pun mengulurkan tangan
Tanpa ragu
Membimbingku sampai ke taman surga
Nadiyah, Jakarta Februari 2021
Sumber dan referensi :
Dimuat dalam Antologi Opini Pendidikan : Titik Balik Dalam Mengajar (Penyunting : Eka Wardana)
Postingan Terkait
Penandatanganan MoU Kerja Sama Provinsi Sumatera Utara dengan Guru Binar
Yuk Kenalan dengan Guru Binar!
Designing learning
Manfaat Melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh saat Pandemi Covid-19
Kenali lebih dalam tentang Blended Learning!
Penandatanganan MoU Kerja Sama Provinsi Jawa Timur dengan Guru Binar
Tradisi Pendidikan Pralahir dalam Keluarga Melayu Sambas
Akar Bahasa Indonesia adalah Bahasa Melayu Sambas
MALAIKAT TANPA SAYAP
Lebih dekat dengan Guru Pembelajar, Guru Binar meluncurkan Mobile Apps
Seluruh materi yang terkandung dalam website ini dilindungi oleh Hak Cipta, dan tidak dapat diproduksi ulang, dipublikasi kembali, didistribusikan kembali, dikirimkan, ditampilkan, disebarluaskan atau dipergunakan dengan cara apapun tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pihak Guru Binar.
Nama dan logo dari Guru binar serta hal-hal lain terkait merek, nama usaha dan hak kekayaan intelektual lainnya merupakan milik Guru binar dan tidak dapat digunakan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Guru Binar. Sebagai catatan, beberapa konten yang tertera dalam website ini mungkin tunduk pada ketentuan hak cipta pihak ketiga lainnya.
Seluruh data dan informasi yang diberikan oleh pengguna/peserta hanya akan digunakan untuk kepentingan pelaksanaan program Guru Binar atau terkait dengan kegiatan yang diselenggarakan oleh Guru Binar, dan tidak akan disebarluaskan, dialihkan, diberikan kepada pihak lain, baik secara langsung ataupun tidak langsung kepada pihak manapun tanpa persetujuan terlebih dahulu dari pemilik data dan informasi, kecuali jika dibutuhkan untuk urusan proses hukum yang berlaku di wilayah Negara Republik Indonesia. Guru Binar akan melakukan upaya optimal untuk memastikan keamanan dan kerahasiaan data yang diberikan.