Pembentukan Literasi Fisik dalam PJOK dan Kaum Marginal ODHA

Kelas ini menyajikan informasi terkait konsep dan implementasi literasi fisik untuk peserta didik melalui Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) dan juga kaum marginal Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Literasi fisik penting untuk dipahami oleh peserta didik dalam ruang lingkup olahraga pendidikan dan juga bagi kaum marginal sebagai implementasi olahraga masyarakat. Sehingga, harapannya, peserta didik dan kaum marginal ODHA mampu memiliki motivasi, kepercayaan diri, kompetensi fisik, pengetahuan dan pemahaman untuk mempertahankan aktivitas fisik mereka sepanjang hidup, dan menggunakan informasi untuk membuat keputusan yang baik untuk kesehatan mereka. Karena sejatinya pembentukan literasi fisik merupakan hak semua orang tanpa melihat berbagai perbedaan yang ada.

Kelas ini ditujukan untuk guru PJOK serta praktisi olahraga dan sosial dalam bidang olahraga rehabilitas. Di dalam kelas ini, peserta akan mempelajari tentang pentingnya berolahraga bagi kaum marginal ODHA, aktivitas fisik yang direkomendasikan untuk kaum marginal ODHA, serta program latihan untuk kaum marginal ODHA.

Selain itu, kelas ini juga menyajikan berbagai informasi terkait program pengajaran PJOK yang menawarkan kesempatan unik bagi para peserta didik dan kaum marginal ODHA untuk mendapatkan pengalaman pendidikan yang dapat membentuk literasi fisik. Ini juga dapat dijadikan rujukan oleh guru PJOK untuk diintegrasikan dalam proses PBM PJOK. Kelas ini juga dapat dijadikan rujukan bagi pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam konteks olahraga pendidikan dan olahraga masyarakat untuk mendorong para kaum marginal ODHA tetap menerapkan gaya hidup aktif/bergerak aktif agar menjalani kehidupan dengan kualitas fisik yang bugar, sehingga kaum ODHA memiliki harapan hidup yang lebih baik.

Kelas ini menjadi kelas yang penting untuk ditawarkan kepada para penerima manfaat, karena setiap kalangan dari kelompok usia dan sosioekonomi yang berbeda perlu didorong untuk memiliki kualitas fisik yang baik dengan memelihara gaya hidup bergerak aktif. Sehingga, jika dikaitkan dengan bonus demografi tahun 2045, Indonesia akan didominasi oleh para generasi yang sehat secara fisik dan mental. Persiapan ini perlu dilakukan sedini mungkin.