Memberikan Akomodasi Pembelajaran bagi ABK dan Anak at Risk

Pendidikan inklusif adalah sebuah sistem pendidikan yang berupaya untuk menyediakan layanan pendidikan berkualitas untuk semua anak tanpa terkecuali. Sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan ditetapkannya Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) sebagai dasar negara Indonesia, Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk memfasilitasi dan memenuh kebutuhan belajar semua anak Indonesia. Pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 disebutkan bahwa setiap warga negara berhak akan pengajaran. Di tahun 2009, ketentuan ini diperkuat dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.70 tahun 2009 yang mengatur mengenai penyelenggaraan pendidikan inklusif dan memberikan jaminan bahwa anak dengan kebutuhan khusus (ABK), termasuk anak cerdas berbakat istimewa harus mendapatkan akses pada pendidikan. Selain itu, Pemendiknas No 70 tahun 2009 mewajibkan setiap satu kota/kabupaten memiliki minimal satu sekolah inklusi.

Dampak positif dari Permendiknas ini adalah terus meningkatnya jumlah sekolah inklusif di Indonesia karena penunjukkan terhadap sekolah umum/tradisional yang sebelumnya hanya menerima anak dari populasi umum menjadi sekolah inklusif yang juga menerima pendaftaran ABK. Meski demikian, transformasi sekolah umum menjadi sekolah inklusif menciptakan tantangan baru di dunia pendidikan di Indonesia. Ada beragam permasalahan yang muncul di sekolah umum yang ditunjuk menjadi sekolah inklusif seperti kurangnya pengetahuan dan pemahaman akan pendidikan inklusif dan cara mengimplementasikannya, sarana dan prasarana infrastuktur yang tidak memadai, keterlibatan orang tua yang rendah, dan kurangnya pengetahuan dan keterampilan guru mengenai ABK serta peran sekolah dan guru dalam mendukung terselenggaranya pendidikan inklusif di kelas dan sekolah.

Kelas Memberikan Akomodasi Pembelajaran bagi ABK dan Anak yang Membutuhkan Layanan Pendidikan Khusus (At Risk) bertujuan untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam menyediakan layana pendidikan berkualitas bagi ABK dan anak yang memerlukan layanan pendidikan khusus (at risk) melalui pemahaman mengenai siapa itu ABK dan anak yang memerlukan layanan pendidikan khusus (at risk), proses yang harus dilalui sebelum label ABK dapat disematkan pada siswa, perbedaan antara akomodasi, modifikasi dan intervensi pembelajaran serta jenis-jenis akomodasi yang dapat diberikan oleh guru kepada siswa di sekolah.